Mitos Sendang Drajat di Gunung Lawu

Sendang Drajat. Nah di sinilah check point pertama bagi para pendaki. Banyak pendaki bermalam di sini. Kebanyakan dari mereka ada yang tidak membawa tenda namun bermalam di rumah yang didirikan warga. Di sini pula ada sumber air bernama “Sendang Drajat”. Di tempat itu pula konon sebagai tempat ritual raja. Dibangun pula tempat pemujaan di samping Sendang Drajat tersebut. Sendang Drajat berada di Pos 5.

Lokasi Sendang Drajat di Gunung Lawu

Saya tak akan menceritakan detail perjalanan saya di Gunung Lawu. Saya hanya akan menceritakan tentang fenomena yang kami Lihat di Sendang Drajat, suatu tempat di gunung Lawu.



Sendang Drajat dipercaya masyarakat sekitar dan orang-orang tertentu sebagai tempat keramat. Hal ini berhubungan dengan Prabu Brawijaya.

Mungkin yang dimaksud disini adalah Brawijaya V (keturunan Raden Wijaya yang memerintah Majapahit )atau Prabu Bhre Kertabumi (1468 – 1478) Menurut artikel yang barusan saya baca ini airnya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Menurut kabar angin yang saya dengar di sekitar dan di atas Gunung Lawu konon bila orang yang datang ke Gunung Lawu mendapati air Sendang Drajat dalam keadaan penuh atau melimpah maka Rejekinya untuk setahun ke depan akan melimpah.

Dan bila orang yang ke Gunung Lawu mendapati air sendang sedang kering atau asat maka rejekinya untuk setahun ke depan akan kering dan asat pula. Percaya atau tidak itu terserah Anda.

Sebagai pendaki seperti biasa kami memanfaatkan sumber air untuk keperluan makan-minum termasuk untuk mencuci bahan makanan. Beruntung sekali waktu itu air sendang drajat sedang melimpah ruah hingga hamper memenuhi kolam kecil itu.

Saya yang waktu itu mencelupkan wadah berisi sayuran ke dalam sendang ditegur oleh salah seorang peziarah.

Di dekat sendang terdapat beberapa bilik setinggi dada orang dewasa yang terbuat dari bata bersemen. Bilik tak beratap itu awalnya saya kira ditujukan sebagai tempat “pipis” bagi pendaki makanya saya pipis di dalem situ hihihi.

Berikutnya saya melihat beberapa orang mengambil air sendang dengan gayung lalu dimasukkan ke dalam ember yang entah mereka bawa dari bawah atau pinjam di warung di dekat sendang.

Ada juga yang memanfaatkan botol air mineral kosong untuk menampung air sendang. Kemudian air sendang itu mereka bawa ke dalam bilik-bilik yang saya kira sebagai tempat pipis tadi.

Yang mengejutkan saya orang-orang itu mandi alias mengguyurkan air dingin sendang itu ke tubuh mereka. Jujur saya sempat terperangah melihatnya karena Gunung Lawu adalah salah satu gunung paling dingin yang pernah saya daki. Jujur lawu lebih dingin daripada Semeru, gunung tertinggi di Jawa. Orang-orang ini mandi malam hari di lembah gunung terdingin di ketinggian 3000 mdpl.

Eksotis kali ya mandi dibawah sinar bulan seperti itu? Tapi trimakasih saya tidak berminat. Masih beberapa orang yang mandi air sendang di pagi hari ketika hawa dingin lebih menusuk daripada di awal malam

Saya juga melihat beberapa orang memasukkan air sendang ke dalam botol-botol air mineral dan membawanya turun gunung. Hampir semua yang mandi air sendang membawa air sendang turun.

Bukan Cuma laki-laki dewasa tapi juga perempuan dan anak-anak yang melakukan ritual mandi air sendang itu. Bila dilihat dari penampilannya orang-orang itu sama sekali tidak terlihat jorok sampai-sampai harus mandi malam diatas gunung.

Mereka justru terlihat bersih dan necis layaknya orang kota yang kaya. Dan memang dari pakaian bagus dan mahal yang mereka kenakan mereka terlihat berkecukupan. Pakaian yang saat itu jelas tak mungkin kami beli.

Jadi? untuk apa mereka melakukan itu? Menyengsarakan diri naik gunung sampai ketinggian 3000 mdpl lalu mandi dan membawa turun airnya? Saat itu saya tak berani bertanya kepada mereka.

Demikianlah cerita mitos tentang sendang drajat.
Jangan lupa di baca juga Artikel Perjalanan ke Gunung Lawu

6 comments

  1. Mereka gak peduli dingin, yg mereka peduliin adalah pencapaiannya tercapai. Dan dingin bukan hambatan berarti setelah mereka mendaki sedemikian tinggi. What they got on their life is never enough! They want more, more and more....

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget teh ningsih,
      pada ngejar puncak dan puncak
      contoh sepele seperti sampah tidak dipeduliin

      Delete
  2. Replies
    1. Betul , ada yg ego, ada yg untuk kepentingan atau untuk apa

      Yg pnting jangan sampai kita merusak alam

      Delete

  3. Saya hanyalah orang awam yg ingin mendaki gunung. Sy pny penyakit hipotermia, pun usia sy sdh diatas 40th.. hny tekad & keyakinan sj yg mmbuat sy bertahan, utk ttp maju mendaki gunung, yg mmg AGUNG & SAKRAL., Yakin & tekad pd TUJUAN, yg sy mulai dg mmpelajari, belajar dr mrk yg tlh mengalami, jg persiapan fisik, mental serta keuangan. Yg pd akhirnya mmbawa sy pd kepasrahan kpd Tuhan YME.. Raja Diraja alam semesta.. hny itu, krn sejatinya, manusia hnylh pengembara, diatas buminya Allah, dbwh langitnya Tuhan. Terima kasih utk smw masukan dr teman teman, sy trma & sy perhatikn,agar tdk sesat & menyesatkn.SALAM

    ReplyDelete